Featured Video

Kamis, 23 Juni 2011

mewwujudkan demokrasi diaceh


Demokrasi sering disebut “Pemerintahan Oleh Opini Publik” ini pernah dilukiskan oleh seorang Kritikus H.Z. Mencken, dengan istilah yang tidak enak didengar, ia melukiskan bahwa “Demokrasi adalah Seni dan Ilmu menyelenggarakan sirkus dari kandang monyet”, bagaimanapun, yang bakal kebingungan bukan monyet-monyet itu, melaikan mereka yang merasa tahu tentang apa itu sesungguhnya Demokrasi, tetapi mereka menggabaikannya.
Kredibilitas Pemimpin
Kemampuan para pemimpin politik berkomunikasi dengan masyarakat guna menampung keinginan rakyat sangat penting demi mewujudkan aceh yang sejahtera. Tetapi sama pentingnya Kredibilitas para pemimpin untuk menjelaskan pada masyarakat kenapa suatu keinginan tidak bisa dipenuhi. Sangat naïf jika saat ini kita mengharapkan pemerintah yang bisa memuaskan seluruh masyarakat setiap saat.
Studi-studi menunjukan bahwa rendahnya Kualitas dan Efektifitas telah melahirkan dampak Multidimensional. Secara Social Politk, buruknya pelayanan pemerintah menimbulkan Erosi Kepercayaan dan Sinisme masyarakat terhadap pemerintah yang pada gilirannya meruntuhkan Ketertiban dan Kedamaian pada masyarakat.
Secara ekonomi, korupsi dan rendahnya Akuntabilitas Institusi Public bukan saja telah menggurangi anggaran pelayanan bagi masyarakat. Melaikan pula telah menghabat perekonomian.
Dalam konteks politik diaceh saat ini, mungkin perlu ditekankan ideologi-ideologi tradisonal yang mungkin saat ini dianggap tidak lagi relevan terhadap  masyarakat modern yang sekarang tingkat kemajuan teknologinya tinggi. Padahal ideologi-ideologi tradisional ini mampu meredam konflik-konflik yang ada.
Demokrasi
Terkait dengan Demokrasi, Gubernur Irwandi Yusuf dalam pidatonya pada peringatan maulid Nabi  Besar Muhammad SAW Dimesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh menggingatkan kita, untuk membangun kehidupan dibumi serambi mekkah yang lebih beradab, tataran kehidupan yang dicontohkan nabi harus diteladani, dijunjung tinggi Keadilan, Musyawarah, Penghormatan terhadap hak-hak kemanusian, dan Kebersamaan. “perilaku rasulullah menginspirasikan kita dalam mewujudkan Demokrasi diaceh.
Dari sisi penegakkan Demokrasi kita perlu nyali yang kuat dan pantang menyerah. Namun berpolitik atau berdemokrasi harus mengedepankan etika dan moral.
Dari sisi ini, problem internal yang terjadi, telah membuat Demokrasi Aceh sangat minim kualitasnya. Mulai dari kemenangan Gubernur Irwandi-Nazar dan sepuluh dari 23 daerah tingkat dua melalui jalur Independen pada Pilkada 2006/2007 adalah Akumulasi kerinduan masyarakat Aceh pada Era Baru yang lebih Reformasi, Damai dan Demokratis dengan lebih berbasis pada identitas (etno) Nasionalisme Aceh.
Perselingkuhan anatara Elit Aceh dan Pusat ditengah parahnya Transparansi, Akuntabilitas dan minimnya partisipasi masyarakat sipil mengawal pembangunan dan Demokrasi diaceh menyebabkan Aceh semakin terpuruk dan angka kemiskinan semakin bertambah.
Pemerintah Aceh bisa selalu beralasan, bahwa kemiskinan diaceh diakibatkan karna konflik panjang dan bencana tsunami yang pernah terjadi diaceh. Padahal acehlah satu-satunya provinsi dinegeri ini yang paling banyak menerima berbagai jenis dana. Mulai dari Dana Alokasi Umum, Alokasi Khusus, Otonomi Khusus, Hasil Migas, Bantuan Luar Negeri, hingga Dana Reintegrasi. Mestinya  semua dana ini sudah mampu menggurangi angka kemiskinan dan mensejahterakan masyarakat.
Jika terus terjadi kasus seperti ini jangan bermimpi Aceh akan maju, masyarakat Aceh terus dibuat bermimpi sedangkan pemerintah asyik akan jabatanya. Dimana letak Demokrasi kita ini ?
Untuk itu, demi mewujudkan Demokrasi di bumi Aceh ini, kita membutuhkan pemerintah yang Propesionalisme demi terciptanya Aceh yang sejahtera.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites